(Penulis : Dwi Agustarini, S.Pd)
Kalau melihat ke belakang pendidikan sangat menunjukkan ke arah perlombaan yang menuntut murid atau sekolah itu sendiri menjadi yang terbaik. Menteri Pendidikan Indonesia saat ini, bapak Nadiem Makarim yang walau bukan dari akademisi perguruan tinggi maupun birokrat tetapi ditunjuk sebagai Menteri yang membidangi proses keberlangsungan keilmuan di Indonesia. Bapak Nadiem memberi warna baru terhadap pendidikan yang ada di Indonesia melalui program merdeka belajar. merdeka belajar memberikan sebuah kesempatan kepada para pendidik untuk bisa melaksanakan berbagai inovasi yang bisa meningkatkan minat dan bakat kepada peserta didik. Peran guru dalam melaksanakan tugasnya harus tepat sasaran, sebagaimana melaksanakan mendidik, pendidik, dan terdidik. Ketiga hal tersebut terlihat sama, akan tetapi ada ekstensi yang berbeda diantaranya. Agar pendidikan di Indonesia mampu tampil di ranah dunia yang mampu memberikan kemajuan maka perlu sebuah momentum dalam mengatur perubahan itu sendiri. Gerakan merdeka belajar menjadi salah satu opsi yang dilakukan oleh pemerintah dibawah langsung kementerian pendidikan agar bisa memberikan kemajuan. Harapan besar dengan adanya merdeka belajar agar guru untuk bisa mengembangkan profesionalismenya tanpa harus mengurus administrasi yang menyita waktu. Administrasi memang akan tetap ada akan tetapi hanya sesuai kebutuhan saja.
Ada beberapa kebijakan yang sangat terasa saat kebijakan merdeka belajar diterapkan, Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) memberi penilaian holistik yang harus didapatkan oleh siswa melalui pilihan ganda yang mereka temukan jawabannya. Dalam menghadapi USBN tersebut, para guru apalagi guru-guru yang mengampu mata pelajaran yang diujikan akan lebih diberi tanggung jawab yang lebih. Tanggung jawab tersebut bukan hanya sekedar tanggung jawab tetapi ada beban yang akhirnya mencari celah agar bisa membuat para murid-murid dapat mendapatkan nilai yang baik. Lalu selain UNBK ada penghapusan Ujian Sekolah (UN). UN membuat segala aktivitas proses belajar mengajar menjadi terganggu, tingkat stress yang tinggi dirasakan oleh semua elemen yang berada di lingkungan sekolah, seperti para guru, siswa, sekolah, dan bahkan para orang tua. Sebab sudah menjadi paradigma tersendiri yang menyebutkan UN merupakan bentuk keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan oleh para guru. Padahal UN yang ada hanya menilai para murid dari segi kognitif saja belum menyentuh secara holistik dan itu tentu saja tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu saat ini UN digantikan oleh Asesmen Nasional yang mana mencangkup berbagai hal seperti sistem, pendidikan, sekolah, dan geografi. Yang mana AN tidak menentukan seorang siswa lulus atau tidaknya dari jenjang pendidikan yang mereka tempuh. Disini guru tidak perlu melakukan sesuatu seperti saat UN yang mana membuat profesionalisme seorang guru tidak dapat diterapkan seutuhnya.
Pada pelaksanaan AN hanya tiga hal yang perlu dipelajari dan itu dasar dari sebuah keberhasilan belajar mengajar. Pertama adalah Literasi yang mana pada hal ini test kemampuan membaca saja akan tetapi kemampuan menganalisis hal yang ada dalam tulisan tersebut. Yang kedua adalah Numerasi yang mana perlu analisis terhadap angka dan matematika yang sesuai kebutuhan belajar bukan berdasarkan pelajaran. Lalu yang ketiga adalah Survey Karakter yang tidak kalah pentingnya, yang mana untuk mengetahui implementasi karakter yang akan diterapkan di sekolah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan menjadi pembicaraan di tingkat nasional, itulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul di AN. Para guru dengan adanya AN ini bisa menjadi lebih ringan, karena AN berbeda dengan UN. Tidak adanya bentuk penilaian, menunjukkan tidak ada kompetensi kognitif yang harus dikejar.
Lalu penyederhanaan yang berikutnya adalah perihal RPP yang dulu harus mencangkup 13 komponen dan kini hanya tiga komponen saja. Penyederhanaan tersebut tentu membuat proses pengerjaan yang dilakukan tidak sebanyak yang dulu dan menyita waktu yang sangat banyak dalam membuatnya. Sehingga apa yang dituangkan ke dalam RPP bukan refleksi dari guru tersebut itu sendiri melainkan hanya untuk sekedar melengkapi administrasi saja. Lalu perubahan selanjutnya dalam merdeka belajar adalah zonasi yang mengarah ke murid-murid, tapi kini tidak harus seperti itu terus, pemerataan guru juga harus dipertimbangkan dengan sistem zonasi. Sebab ketimpangan keberadaan guru berkualitas yang hanya berkumpul di satu tempat saja akan membuat energi semangat hanya di tempat itu saja. Jika guru yang berkualitas bisa dizonasikan, maka energi semangat profesionalismenya dapat dibawa ke sekolah lain dan membuat perubahan juga di sekolah dimana mereka ditempatkan.
Saat ini, yang mana masih di masa pandemi yang masih saja membuat ruang gerak proses belajar mengajar menjadi tertunda maka para guru perlu melakukan sesuatu yang membuat proses pembelajaran terus berlangsung. Pemerintah telah berkali-kali mempromosikan berbagai kegiatan dan juga dukungan agar bisa pembelajaran dilaksanakan secara online atau jejaring. Dikarenakan tuntutan keadaan para guru mulai meng-upgrade diri agar bisa menyesuaikan keilmuan teknologinya agar bisa tetap menjalankan tugas sesuai dengan jobdesknya. Permasalahan yang ada di dunia pendidikan akan terus ada, sehingga kembali ke para pendidik, bagaimana menyikapi hal tersebut. Guru dituntut memiliki integritas yang mumpuni agar bisa membawa murid-murid mereka ke tahapan keilmuan yang lebih tinggi. Dengan adanya merdeka belajar, guru dituntut untuk mengubah paradigma yang selama ini mereka tahu yang mana harus berpatokan sesuai kurikulum yang diajarkan. merdeka belajar memberi hak seluas-luasnya agar para siswa mampu mengekspresikan diri terhadap kreativitas hingga ke minat pelajaran yang mereka sukai. Siswa dapat melakukan berbagai inovasi dan didukung oleh guru dengan pihak sekolah.
Hingga sekolah mampu melahirkan para siswa yang siap bekerja dan memiliki kompetensi yang mumpuni yang sikap budi luhur yang membuatnya mampu beradaptasi di lingkungan sekitar. Proses belajar mengajar yang mampu meningkatkan rasa percaya diri kepada para anak akan membuat suasana menjadi hal yang menyenangkan, guru yang selalu bersinergi, dan membuat otak para murid untuk selalu berpikir efektif, reaktif dan agresif. Murid-murid tidak perlu sibuk memikirkan nilai yang harus didapatkan. Proses merdeka belajar memberi suasana yang membuat para murid merasa istimewa tanpa harus dibanding-bandingkan dengan teman yang satu dengan yang lain. Guru berperan menjadi teman belajar yang selalu ditunggu oleh para murid dan selalu ada kesadaran pembelajaran yang merdeka pada setiap kegiatan belajar mengajar.