Penulis : Annisa Raudoti, S.Pd / Guru Kimia SMKN 1 Simpangkatis
Pandemi Covid-19 memasuki babak baru mendekati akhir 2021. Secara umum hal ini sudah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada dua bulan pertama kasus positif corona ditemukan di Indonesia. Presiden meminta masyarakat Indonesia untuk bisa berdamai dan hidup berdampingan dengan virus corona. Konsep inipun dikenal dengan istilah New Normal.
New normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal yang ditambah dengan penerapan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Berdasarkan data pada website covid19.go.id, kondisi Covid-19 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menunjukan sebaran resiko rendah dengan area zona berwarna kuning pada bulan November 2021.
Untuk mendukung era baru ini, pemerintah juga menggencarkan dan mempercepat vaksinasi bagi masyarakat. Dalam hal ini kita mendapatkan berita baik karena, Kepulauan Bangka Belitung saat ini berada pada peringkat 5 teratas Provinsi di Indonesia dengan capaian 70% vaksinasi covid-19 di 7 Kab/Kota.
Sudah diketahui bersama, salah satu sektor yang berdampak buruk selama pandemik adalah sektor Pendidikan. Sebelum Covid-19, pembelajaran dapat terjadi secara langsung melalui tatap muka antara guru dan siswa, guru dan siswa dapat berinteraksi tanpa ada batas dan proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan metode dan model pembelajaran yang sudah direncanakan di awal melalui tatap muka. Namun, selama pandemi berlangsung metode belajar berubah 180°.
Kini pembelajaran berlangsung secara daring dan bergantung pada internet. Begitupun ketika era new normal mulai digaungkan oleh pemerintah, sekolah mulai buka dan siswa mulai masuk Kembali untuk tatap muka terbatas.
Di era new normal, ada beberapa hal yang masih jadi kendala bagi sektor pendidikan untuk bisa jalan berdampingan dengan pandemi Covid-19. Beberapa hal tersebut harus dicermati dengan serius dan membutuhkan improvisasi agar pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar.
Kendala pertama yang harus diperhatikan adalah fasilitas internet yang saat ini menjadi hal yang penting dan mendasar dalam kehidupan. Saat ini, tidak semua daerah memiliki fasilitas internet yang sama. Ada banyak daerah yang blank spot atau tidak ada koneksi internet. Hal ini semestinya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur internet di daerah tersebut.
Kendala berikutnya yang harus diperhatikan adalah adalah pelatihan bagi guru. Pada dasarnya guru tidak dipersiapkan untuk mengajar dalam kondisi virtual. Proses belajar secara virtual atau daring ini dilakanakan karna dipaksa oleh kondisi. Untuk itulah pelatihan tentang e-teaching harus diberikan kepada para guru. Hal ini akan bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan kompetensi dan literasi digital yang akan mendukung pelaksanaan pembelajaran di kelas. Guru akan siap mengajar dengan berbagai kondisi termasuk jika harus mengajar secara daring.
Jadi Pekerjaan Rumah
Akhirnya, adaptasi kebiasaan baru atau new normal menjadi pekerjaan rumah tidak hanya bagi guru dan siswa, tetapi juga management sekolah. Bagaimana semua komponen menjadi siap. Ketika harus menghadapi kondisi terburuk. Tidak hanya guru yang harus terbiasa tetapi siswa juga. Pembelajaran tatap muka saat ini beralih menjadi e-learning dan siswa harus segera menyesuaikan diri agar tidak terjadi loss learning atau sebuah kondisi hilangnya pengetahuan dan keterampilan yang mengakibatkan kemunduran secara akademik.
Tentunya kita berharap pandemi covid-19 segera berakhir. Semua kembali menjadi normal seperti dulu. Namun, kita semua juga harus bersiap dengan kemungkinan terburuk. Terlebih dengan berbagai isu perkembangan terakhir mengenai berkembangnya varian Covid-19 terkini. Dibutuhkan kerja sama dari semua pihak agar sektor pendidikan kita menjadi lebih baik, andal, dan teruji di tengah kondisi apapun. (*)